Wednesday 25 May 2011

Wang Bisa Merosakkan Manusia

WANG BISA MEROSAKKAN MANUSIA?? Kenapa? Bukankah dengan adanya 'WANG' kita dapat segalanya...........manusia adalah manusia. Manusia berbeza-beza. Untuk apa kita perlu wang? Semua persoalan ini akan memberikan jawapan berbeza-beza jika ditanya kepada ‘remaja’ yang berbeza-beza.

“Shopping”, “melihat ciptaan Allah”, “melawat member kat Czech, sambil tu jalan-jalan gi Vienna, Berlin, Sarajevo (jauhnya sambil)”, “ikut senior”, “takde mende nak buat mase cuti, gi ar jalan”, “jaulah”, “saje, tengok tempat orang, bile lagi”, “menghayati keagungan Islam masa silam”, “alang-alang balik Malaysia, singgah ar Ausie, NZ, Beijing, Jepun” dan macam-macam lagi.

Berbaloi atau tidak perjalanan kita, kita yang tentukan. Jawapannya ada dalam hati kita. Sama ada kita menggunakan kurniaan wang dengan bermanfaat atau kita menzalimi rakyat yang sedang menderita kesusahan, kita sendiri yang tahu. Tepuk dada, tanya iman.Kadang-kadang saya menginsafi kelemahan saya dalam perakaunan bila saya melihat situasi itu berlaku. Apatah lagi orang macam saya ini, kalau mempelajari sesuatu, memang betul-betul menjiwai. Amat malang jika ada mana-mana individu yang meletakkan penerimaan nikmat dari segi kewangan melupai untuk mensyukuri nikmat Allah yang Maha Memberi.Jadi dengan itu saya ingin membawa sidang pembaca sekalin untuk meneliti sebuah kisah tentang Qarun dan semoga  kita menjadikan cerita ini sebagai tauladan.Kisah yang diceritakan Allah dalam Al-Qur’an itu, sudah pasti kisah nyata yang terjadi sebelum lahirnya agama Nasrani dan Islam. Satu kisah yang menggambarkan watak manusia yang diperankan oleh Qarun, dimana watak itu akan selamanya ada..

“Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Nabi Musa, maka ia berbuat yang melampaui batas atas mereka, dan Kami berikan kepadanya perbendaharaan harta, yang kunci-kuncinya amat berat yang dipikul oleh sekelompok orang yang bertenaga kuat. (Ingatlah) tatkala kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah engkau membanggakan diri, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri.” (Al-Qashas: 76)

Di dalam surat Al-Qashas ayat 76 sehingga ayat 82, Allah menceritakan kisah Qarun, seorang kaya raya yang masih mempunyai pertalian kekerabatan dengan Nabi Musa AS. Kekayaan itu luar biasa sehingga untuk memikul kunci-kunci gudang hartanya, orang-orang sangat kuat. Tapi justeru dengan kekayaannya itu, Qarun telah bertindak sewenang-wenang dan melampaui batas. Dia mengatakan bahawa semua yang dimilikinya itu, semata-mata didapatkan karena kelebihan ilmu yang dimilikinya. Berulangkali kaumnya menyedarkannya, agar kekayaannya itu dimanfaatkan untuk hari akhiratnya tanpa melupakan bagian dunianya. Namun jawapannya adalah dengan mendemonstrasikan kekayaannya di tengah khalayak ramai. Semua yang dapat dibanggakan, pada hari itu ia pamerkan di hadapan masyarakat, sehingga rasa iri, rasa ingin memiliki dan perasaan kecewa meliputi orang-orang yang melihat tingkah laku Qarun. Sebagian orang menyesali dirinya, mengapa tidak bernasib seperti Qarun yang kaya raya itu. Namun orang-orang yang masih beriman kepada Allah serta suka beramal. Segera memperingatkan, bahwa pemberian Allah yang disertai kesyukuran, walaupun bagaimana kecilnya, jauh lebih baik dari memiliki harta yang berlimpah-ruah, tetapi tidak kenal dan tak mahu tahu dengan peraturan Allah.

Dalam suasana kebanggaan Qarun yang demikian tiba-tiba terjadilah longsor tanah di tempat Qarun berpijak, sehingga ia dan harta yang dibanggakannya itu lenyap ditelan bumi.

Menyaksikan peristiwa itu, orang-orang yang meresa kecewa karena tidak memiliki harta seperti yang apa yang dimiliki Qarun menjadi sadar dan yakin bahwa Allah telah berbuat bijaksana dengan qadha dan qadar yang ditetapkan kepada para hanba-Nya. Dan Allah tidak akan pernah memberikan keberuntungan yang kekal kepada orang-orang yang demikian.

Watak Qarun itu, adalah perpaduan antara sifat iblis yang sombong denga sifat manusia yang suka lupa daratan, lupa diri bila melihat dirinya serba berkecukupan. Qarun merasa, bahwa harta yang didapatkannya itu, adalah semata-mata hasil jerih payahnya. Dalam satu waktu yang bersamaan dia membanggakan ilmu dan harta yang ia miliki. Dengan perasaan bangga memiliki kelebihan yang jarang didapatkan orang lain, sebenarnya ia telah menunjukan kelemahan diri, rendahnya budi pekerti, sifat rakus yang mengenyampingkan jasa orang yang membantunya dan melupakan adanya Allah sebagai Pencipta.

Watak Qarun jauh lebih buruk dari iblis, sebab iblis masih mempercayai akan adanya Allah. Sementara Qarun sendiri, dengan membanggakan materi yang dimilikinya, telah mendustakan adanya Allah, yaitu dengan mengatakan: “Semua itu kuperdapat, karena ilmu yang ada padaku.” Watak inilah yang menjadi bibit 'aliran materialistis'. Hal ini pulalah yang diperingatkan Allah dalam surat Al-Humazah, dimana banyak manusia merasa akan kekal abadi didunia ini bila ia memiliki harta sebanyak-banyaknya.

Sejalan dengan kisah Qarun, Allah pun telah menunjukkan betapa sebenarnya sifat manusia yang tidak punya pendirian dan mudah terpedaya oleh sesuatu yang mempesona. Bahkan manusia pada umumnya, bila tidak memiliki pedoman yang dilandasi aqidah yang teguh, mereka akan selalu diombang-ambingkan keadaan. Apabila mereka melihat sesuatu kelebihan yang dimiliki orang lain, seketika mereka merasa iri, kecewa kepada diri sendiri, mengapa tidak memiliki seperti kelebihan yang dimiliki orang lain itu? Ketika itu, mereka tidak perduli nasihat dan pandangan dari siapapun.

Memang demikian halnya, apabila manusia menjadikan hawa nafsu, kesenangan syahwat dan cinta dunia sebagai dasar pendiriannya, maka ketika itu segala sesuatu yang dapat memadamkan atau mengurangi keleluasaan nafsu itu, akan dianggap sebagai penghalang yang harus dijauhi dan dihindari. Namun, manakala akibat mangabaikan nasehat muncul berupa bencana, maka secara mendadak, manusia akan berbalik seratus delapan puluh drajat kepada pendirian yang membenarkan nasihat itu.

Allah mengabarkan kisah ini di dalam Al-Qur’an agar kita mengambil
pelajaran dari Qarun.Kita harus selalu mensyukuri segala nikmat yang Allah berikan dan tidak boleh sombong karananya.Jika kita diberikan kelebihan harta kekayaan, kita tidak boleh pamer dan membanggakannya kepada teman-teman kita.Dan jika Allah memberikan karunia berupa harta dan kepandaian kepada orang-orang yang lain lebih baik dari kita, kita tidak boleh iri hati. Itu tidak berarti Allah lebih sayang pada mereka. Karena Allah hanya mencintai dan akan memberikan pahala bagi orang-orang yang taat kepada-Nya, kepada orang-orang yang beramal shalih dan orang-orang yang sabar.

Berbalik kepada cerita asal... Mengapa saya bersyukur lemah dalam perakaunan? (pelik, macam tak mahu dapat keputusan cemerlang pulak...) sebab saya dah melihat sesuatu walaupun pandangan saya agak sterotaip. Mengapa? Kerana saya melihat bahawa diantara orang-orang yang bergaji besar dan mempunyai pangkat Datuk, ia sungguh berbeza dengan orang biasa (melainkan mereka menjiwai pangkat dan harta itu suatu pinjaman). Tidakkah mereka sedar bahawa Qarun dan hartanya tenggelam di dalam tanah kerana kesombongannya?

Lihatlah Qarun, Allah memberikan kepadanya
harta yang melimpah. Apakah karena Allah lebih
sayang padanya? Tidak! Bahkan ia ditimpa siksaan Allah.
Karena itu kita harus berhati-hati






jangan sombong...!                                                
jangan suka pamer...!
jangan dengki terhadap kelebihan orang lain...!
Rakan-rakanku tidak ingin seperti Qarun bukan...??
Muhasabahlah diri kita..

No comments:

Post a Comment